Pengguna Internet Makin Banyak Pasca Pandemi Tantangan Ini Jadi Sorotan

18 December 2022

Pengguna Internet Makin Banyak Pasca Pandemi Tantangan Ini Jadi Sorotan

Jakarta - Pengguna internet di Indonesia terus mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Karena itulah, ketersediaan IP address dalam jumlah banyak dipandang sebagai salah satu hal yang sangat diperlukan RI.

Direktur Telekomunikasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), Aju Widya Sari, saat ini ketersediaan IP address versi 4 (IPv4) sudah sangat terbatas. Untuk menanganinya, Kemenkominfo mendorong penggunaan IP address versi 6 (IPv6).

"Untuk menghadapi keterbatasan IPv4, Kemkominfo mendorong penggunaan IP address versi 6 (IPv6). Secara kalkulasi, IPv6 dapat digunakan hingga 340 triliun triliun triliun alamat", kata Aju, di The 4th Annual Member Meeting (AMM) Indonesia Network Information Centre (IDNIC) 2022, ICE BSD, dikutip Jumat (25/11/2022).

Internet Penting Banget Biar RI Jadi Raksasa Ekonomi Global, Ini Tantangannya

Aju mengatakan, pihaknya terus mendorong industri internet untuk menggunakan IPv6 sebagai solusi antisipatif atas ketersediaan IPv4 yang saat ini jumlahnya sudah mulai terbatas. Kemkominfo berharap IPv6 ini dapat segera diimplementasikan di Indonesia agar transformasi digital tak mengalami hambatan, kata Aju saat menjadi Keynote Speaker di perhelatan AMM Ke-4 IDNIC tahun 2022.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Muhammad Arif mengatakan, peningkatan jumlah pengguna dan trafik internet di Indonesia turut meningkatkan vulnerability and threats di dunia maya. Oleh sebab itu, menurutnya, Indonesia membutuhkan penguatan internet resilience.

Pandemi Reda Bawa Angin Segar, Industri Properti Bekasi Menggeliat Lagi

Arif menjelaskan, internet resilience adalah kemampuan untuk mengantisipasi, bertahan, pulih dari, dan beradaptasi dengan kondisi buruk, tekanan, serangan, atau kompromi pada sistem yang menggunakan sumber daya internet, seperti nama domain, nomor IP, alamat elektronik, jaringan, dan sumber daya online lainnya.

"Pada tahun 2020, tercatat ada 37 miliar data bocor dengan kerugian diprediksi akan mencapai US$ 10,5 triliun per tahun pada tahun 2025. Situasi ini menyadarkan kita akan pentingnya memperkuat internet resilience (ketahanan internet), keamanan cyber, dan perlindungan data", kata Arif.

Sebagaimana dikutip dari United Nations Conference on Trade and Development memproyeksikan trafik data global akan mencapai 780 exabytes pada tahun 2026. Proyeksi ini mencerminkan bahwa peran digital data semakin vital. Masa kini dan masa depan akan sangat dipengaruhi pada bagaimana efektivitas penggunaan data.

"Ke depan, kita semakin memerlukan lingkungan online yang aman, tangguh, dan terjamin. Ketahanan internet perlu didekati dari perspektif pengelolaan risiko. Disamping itu, ketahanan sistem internet merupakan tanggung jawab kolektif, sehingga budaya untuk berkolaborasi dan berbagi menjadi sangat penting dalam meningkatkan keamanan dan ketahanan internet", jelas Arif.

Dalam upaya mencapai ketahanan internet yang berkelanjutan, lanjut Arif, perlu mengedepankan common understanding mengenai masalah, risiko, manfaat, dan solusi ketahanan internet dari sisi teknis, kebijakan, sosial, dan bisnis/ekonomi.

"APJII senantiasa mendorong terciptanya ketahanan internet yang berkelanjutan, termasuk meng-encourage pemerintah untuk secara aktif menetapkan kebijakan nasional mengenai ketahanan internet," ujar Arif.


"Selanjutnya, APJII juga mengajak kepada seluruh anggota untuk menggunakan layanan-layanan IDNIC yang juga sangat erat kaitannya dengan penguatan resiliensi internet Indonesia, yaitu KYU, Kadabra, RPKI, IDNIC academy, dan transformasi dari IPv4 menjadi IPv6," pungkasnya.